Ayam
Tetap Bertelur Hari Minggu
Hendaklah
masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya,
Jangan
dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah
mengasihi
orang yang memberi dengan sukacita.
2
Kor. 9:7
Ada seorang janda tua, ia seorang petani. Dari usia dan
pekerjaanya dapat ditebak bahwa ia miskin. Yang menggugah hati adalah
keseriusannya beribadah serta kerajinannya memberikan ucapan syukur untuk
pembangunan gereja di desanya. Ia mempunyai cara khusus dalam hal yang terakhir
ini.
Suatu pagi ia menghadap pastor dan dan menyerahkan uang
lima ribu rupiah untuk pembangunan gedung paroki. Dan itu dilakukan setiap
minggunya. Pastor tampak kagum dengan iman perempuan itu, sebab ia mengenal
bahwa janda itu begitu miskin.
Janda itu berkata, “Uang itu sebenarnya berasal dari
telur-telur ayamku”. “Saya sendiri tidak mau bekerja dan menghasilkan uang pada
hari minggu, tapi ayamku, mereka terus bertelur juga pada hari yang kudus itu”.
Maka saya memisahkan telur-telur yang dihasilkan hari minggu dan menjualnya
terpisah, lalu uangnya saya persembahkan rutin ke gereja”.
Saudara-saudara, kita kagum dengan janji iman, kepolosan
dan ketulusan memberi seperti Ibu tua ini. Ia memberi bukan dari kekayaannya
tapi dari kemiskinannya. Rasul Paulus pernah menulis dalam 2 Korintus 8 : 2,
demikian : “Selagi dicobai dengan berat
dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat
miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan”.
Roh kemurahan telah mendorong si miskin memberi dengan
rela. Spirit mulia seperti itu lahir dari pengalaman iman setiap harinya.
Semangat terpuji seperti itu akan mencari cara sendiri bagaimana memberi dengan
syukur untuk menopang pekerjaan dan program di Gereja-Nya. Setiap orang yang
mengalami kepenuhan itu akan tahu bagaimana membagi hartanya; yang mana untuk
Tuhan dan untuk dirinya sendiri.
Kepekaan orang sederhana seperti itu sangat tinggi dalam
perkara memberi. Ia tidak menghitung-hitung juga tidak menahan-nahan melainkan
ikhlas memberi semampunya untuk gereja Tuhan. Ia tidak pernah berdalih atau
menyusun alasan untuk tidak memberi. Ia tidak kikir. Dan satu hal, Tuhan
mengasihi orang yang memberi dengan sukacita seperti itu. Tuhan memberkati
persembahan tulus dari anak-anaknya entah dari kekayaan maupun kemiskinannya,
entah dari kekurangan ataupun kelimpahannya.
Sudah tentu, masing-masing kita mendapat curahan berkat
hari lepas hari. Kesehatan, kedamaian, pekerjaan, keluarga juga harta benda,
selalu di kirimkan Bapa Sorgawi bagi
kita anak-anak-Nya.
Seperti orang miskin itu, sepatutnya kita terdorong
melakukan hal yang sama dan terpuji memberi bagi perkembangan dan pertumbuhan
gereja Tuhan di bumi ini sesuai berkat yang kita telah terima itu. Mari...
By
: Pdt. Mangara Sinamo. Sth
No comments:
Post a Comment