LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PERBANYAKAN TANAMAN
KARET DAN KAKAO SECARA
GENERATIF DAN
VEGETATIF
Oleh:
SEPRIADI BERUTU
NIM. 1206113884
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
RIAU
PEKANBARU
2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman
industri adalah tanaman yang hasil produknya harus melewati pengolahan dan
umumnya dalam bentuk pengolahan pabrik. Tanaman ini sebagian besar tanaman yang
membutuhkan waktu yang lama untuk berproduksi dan membutuhkan skala luas lahan
yang sangat besar. Tanaman yang termasuk kedalam tanaman industri antara lain :
tanaman kelapa sawit, karet, tanaman hutan industri, dan sebagainya. Tanaman
ini dikelompokkan menjadi bebrapa tanaman perkebunan sesuai dengan hasil yang
diperoleh , seperti kelompok penghasil lemak ( tanaman kelapa, kelapa sawit, ),
kelompok penghasil bahan penyegar (kopi, teh, cokelat), kelompok penghasil rempah-rampah
(lada, pala, kayu manis), dan kelompok penghasil serat (kapas, rami).
Tanaman industri ini merupakan tanaman yang menjadi
sumber devisa negara yang sangat besar. Sehingga tanaman ini juga merupakan
tanaman yang sangat menjanjikan dalam membangun dan menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini dapat mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat
Indonesia khususnya provinsi yang didominasi dengan tanaman industri kelapa
sawit yang dikerahkan secara besar-besaran.
Secara hasil produktivitas yang diperoleh seiring
perjalanan era globalisasi ini, tanaman industri ini dapat menjawab segala
tantangan yang ada terkhusunya dalam bidang perekonomian negara. Bahkan dengan
adanya sentra tanaman industri negara Indonesia dipandang oleh mata dunia,
mengingat prospeknya dalam membudidayakan tanaman industri tersebut.
Berdasarkan
peranan daripada tanaman industri ini, maka tanaman ini sangat baik untuk
dikembangkan dengan melihat beberapa aspek yang berkaitan. Tanaman ini mampu
memberikan dampak yang besar terhadap aspek ekonomi, sosial, teknologi dan
sebagainya. Sehingga dengan pengembangan tersebut nantinya membawa negara
Indonesia ke jenjang yang lebih baik dan dapat bersaing dengan negara-negara
dunia mengingat perkembangan ilmu pengetahua dan teknologi yang sangat pesat.
1.2. Tujuan
Dengan adanya
mata kuliah teknologi budidaya aneka tanaman industri ini dapat melahirkan
lulusan sarjana yang dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut mahasiswa dituntut untuk mengambil tindakan yang tepat
dalam menanggapi prospek yang baik.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pembibitan Tanaman Karet
Tanaman karet (Havea
brasiliensis Mull. Arg), merupakan tanaman yang tergolong tanaman tahunan
yang berbentuk pohon yang cukup besar. Menurut Tjitrosoephomo (1991) Dalam
dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika berikut :
Klasifikasi :
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dikotiledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Havea
Spesies : H. brasiliensis Mull. Arg.
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dikotiledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Havea
Spesies : H. brasiliensis Mull. Arg.
Pembibitan tanaman karet merupakan bagian dari
kegiatan pembiakan tanaman karet, secara umum penyedian bibit karet untuk
keperluan peremajaan maupun penanaman areal baru terdiri atas bibit asal biji
dan bibit okulasi. Pembibitan tanaman karet dilakukan melalui dua tahap
kegiatan diantaranya adalah persemaian perkecambahan dan persemaian bibit.
Menurut
Setyamidjaja (1993), benih yang telah diseleksi sebelum disemaikan sebaiknya
dicuci dan diremdam terlebih dahulu, tujuannya adalah untuk meningkatkan daya
kecambah benih tersebut. Perendaman biji dilakukan setelah 48 jam. Perbanyakan
tanaman karet saat ini dapat dilakukan dengan teknik okulasi, untuk mendapatkan
bibit okulasi tanaman karet, dikenal 2 macam cara yaitu:
a) Okulasi
hijau (green budding) merupakan okulasi yang menggunakan batang bawah berumur
antara 4 sampai 6 bulan dimana batang bawah masih hijau. Pangkal batang telah
berwarna hijau kecoklatan, berdiameter 1 sampai 1,5 cm atau sebesar pensil dan
tinggi tanaman sekitar 60 cm. batang atas yang digunakan adalah kayu entres
yang telah berumur 1 sampai 3 bulan setelah pemangkasan, warna masih hijau atau
telah terbentuk 1 sampai 2 payung daun, dan payung teratas sudah berwarna hijau
sampai hijau tua.
b) Okulasi coklat (Brown budding) merupakan
okulasi yang menggunakan batang bawah yang telah berumur 7 sampai 12 bulan
dipembibitan dan telah berdiameter 1,5 cm. batang atasnya berasal dari tanaman
kebun entres yang berwarna hijau kecoklatan sampai coklat dan batang lurus.
Pada pembibitan tanaman karet, terdapat dua macam bibit yaitu bibit dalam polybag dan bibit tanpa polybag.
Pada pembibitan tanaman karet, terdapat dua macam bibit yaitu bibit dalam polybag dan bibit tanpa polybag.
Menurut Kuswanhadi (1990) bibit dalam polybag lebih
sering digunakan karena memiliki keuntungan seperti pertumbuhan tanaman
dilapangan dapat lebih awal, relatif lebih mudah penanganannya, resiko
kerusakan selama pengangkutan dapat diperkecil dan bibit yang berasl dari
polybag pertumbuhannya lebih seragam. Sedangkan bibit yang langsung ditanam
ditanah atau tanpa polybag memiliki keuntungan karena biaya yang dikeluarkan
sedikit tetapi kerugian dari cara ini adalah bibit yang akan digunakan harus
dipindahkan dulu sehingga memakan waktu dan cara pemindahan harus dilakukan
dengan hati- hati agar tidak merusak akar dan membutuhkan tenaga kerja yang
banyak.
2.2. Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Karet
Tanaman karet yang ditumbuhkan
seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan bibit hasil okulasi yang
entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan
pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul
sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Klon‐klon unggul
baru generasi‐4 pada periode periode tahun 2006 –
2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klon‐klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja
yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan
sifat‐sifat sekunder lainnya. Klon‐klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037,
PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM
109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi
harus dilakukan secara hati‐hati baik
dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di
berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan
Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah
dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk
jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur
sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus
dilakukan secara tepat (Anwar 2001).
Persiapan batang bawah merupakan
suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan
daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan
pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup
persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah,
serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan. Klon-klon yang dianjurkan
sebagai batang bawah adalah klon GT 1, LCB 1320 dan AVROS 2037. Tanaman untuk
batang bawah ditanam 1 – 1.5 tahun sebelum okulasi. Untuk okulasi garis tengah
tanaman batang bawah sudah mencapai 2.5 cm (Tim Penulis PS 2007).
Menurut Anwar (2001) untuk
mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik,
Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres
cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber
mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena
entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan
keberhasilan okulasinya rendah.
Bahan tanam telah siap, kemudian
dilakukan okulasi. Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman
secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada
tanaman lain yang dapat bergabung (kompatibel) dengan tujuan
menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh
pertumbuhan dan produksi yang baik. Keunggulan yang diharapkan dari batang
bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas
adalah produksi latex yang baik. Bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan
di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang
di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai (Simanjuntak 2010).
Teknik okulasi yang umum digunakan
adalah okulasi hijau (green budding) dan okulasi konvensional atau
okulasi cokelat (brown budding), meskipun ada jenis lain yaitu okulasi
dini.
Tabel 1. Teknik Okulasi dan Perbedaannya
|
Teknik Okulasi
|
Umur batang bawah
|
Umur, ukuran, dan warna entres
|
|
Dini
|
2-3 bulan
|
3-4 minggu, garis tengah 0,5 cm, hijau muda
|
|
Hijau
|
4-6 bulan
|
3-4 bulan, garis tengah 0.5 – 1 cm, hijau
|
|
Cokelat
|
8-18 bulan
|
1-2 tahun, garis tengah 2.5 – 4 cm, cokelat
|
Sumber: www.worldagroforestrycentre.org.
Simanjuntak
(2010) menjelaskan mengenai kedua teknik okulasi karet yang sering
diaplikasikan tersebut, yaitu teknik okulasi konvesional dan teknik okulasi
hijau. Teknik okulasi konvensional merupakan teknik yang paling umum digunakan
untuk persiapan bentuk bahan tanaman secara komersial. Okulasi konvesional ini
disebut juga okulasi cokelat ( brown budding)
2.3. Pembibitan Kakao
Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae yang banyak diusahakan
oleh para pekebun, perkebunan swasta, dan perkebunan Negara. Sistematik tanaman
kakao menurut Tjitrosoepomo (1991) adalah :
Divisi :
Spermatophyta
Anak divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Anak kelas :
Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku :
Sterculiaceae
Jenis :
Theobroma cacao
Pembibitan adalah suatu kegiatan
untuk menghasilkan atau memproduksi bibit. Kegiatan yang dilakukan dalam
pembibitan terdiri dari perencanaan pembibitan, pembangunan persemaian,
penyiapan media bibit, perlakuan pendahuluan terhadap benih sebelum disemaikan,
penyemaian benih, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit, pengepakan dan
pengangkutan bibit serta administrasi pembibitan (Willy, 2010).
Faktor yang mempengaruhi pembibitan
tanaman kakao seperti juga tanaman perkebunan yang lain adalah air, cahaya
matahari, unsur hara, suhu, dan kelembaban. Pertumbuhan vegetatif bibit terbagi
atas pertumbuhan daun, batang dan akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pertumbuhan daun dan batang ialah hormon dan nutrisi (faktor dalam), status air
dalam jaringan tanaman, suhu udara dan cahaya (faktor luar). Pertumbuhan akar
dipengaruhi suhu media tumbuh, ketersediaan oksigen (aerasi), faktor fisik
media tumbuh, pH media tumbuh, selain faktor dalam dan status air dalam
jaringan tanaman. Pertumbuhan daun dan perluasan batang menentukan luas
permukaan daun dan struktur tajuk yang sangat penting sehubungan dengan
proses fotosintesis. Sedangkan perluasan akar akan menentukan jumlah dan
distribusi akar yang kemudian akan berfungsi kembali sebagai organ penyerap
unsur hara mineral. Faktor dalam diantaranya nutrisi dapat terpenuhi dengan
pemberian bahan organik, faktor luar diantaranya cahaya dapat dipenuhi dengan
penaungan. Selain mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk, penaungan berperan
dalam pengaturan suhu dan kelembaban. Naungan untuk pembibitan kakao adalah
50%. Tanaman muda kakao sangat sensitif terhadap angin yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada daun, sehingga perlu dilindungi (Soeratno, 1980).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Pratikum
Teknologi Budidaya Aneka Tanaman Industri dilaksanakan pada setiap hari jumat
pukul 08.00-09.40 WIB di Rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Riau.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Pembibitan Karet
Alat yang digunakan
adalah ajir dan meteran. Sedangkan bahan yang digunakan adalah biji karet,
media tanam pasir.
3.2.2. Perbanyakan Vegetatif
Tanaman Karet
Alat yang digunakan
adalah pisau okulasi, plastik okulasi, meteran dan
penggaris. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah batang bawah bibit karet.
3.2.3. Pembibitan Kakao
Alat
yang digunakan adalah ajir dan meteran. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
biji kakao dan abu bakar sekam padi.
3.3. Metode Praktikum
3.3.1. Pembibitan Karet
v Siapkan
alat dan bahan yang diperlukan
v Pilihlah
biji karet yang memenuhi kriteria benih yang baik
v Lubangi
tempat keluarnya perakarannya nantinya menggunakan pisau atau sejenis pinset.
v Benamkan
biji tersebut dengan posisi perut biji keatas dan kedalamannya 2/3 dari biji ke
media tanam pasir yang telah disiapkan
v
Amati perkecambahan dan pertumbuhan
bibit
3.3.2. Perbanyakan Vegetatif
Tanaman Karet
v Siapkan
alat dan bahan yang diperlukan
v Membuat jendela okulasi:
ü Pilih
batang bawah yang memiliki payung dorman dan bersihkan.
ü Buat jendela okulasi pada ketinggian 5–10 cm
dari permukaan tanah dengan cara membuat irisan tegak sepanjang 5–7 cm dan
lebar sepertiga lilit batang.
v Pembuatan perisai mata okulasi:
ü Buat
perisai mata okulasi dari kebun entres (kebun batang atas) yang telah dipanen.
ü Pilih
mata okulasi yang terletak di bekas ketiak daun.
ü Sayat
kayu entres selebar 1 cm sepanjang 5–7 cm dengan menyertakan sedikit kayu
batangnya.
ü Lepas
kulit kayu perlahan, usahakan bagian dalam tidak kotor atau terpegang, karena
di bagian dalam terdapat titik putih yang merupakan mata entres yang siap
ditempelkan.
v Penempelan perisai mata okulasi:
ü Tempelkan
perisai mata okulasi dengan cepat setelah jendela okulasi dibuka.
ü Tutup
jendela okulasi, tekan dengan tangan, lalu balut dengan plastik yang sudah
disiapkan.
ü Pembalutan
dimulai dari bawah bila bukaan jendela okulasi dari bawah, sebaliknya dibalut
dari atas bila bukaan jendela okulasi dari atas.
3.3.3.
Pembibitan Kakao
v Siapkan
alat dan bahan yang diperlukan
v Pilih
buah kakao yang telah memenuhi kriteria yang baik untuk dijadikan sebagai benih
v Ambil
biji buah pada bagian tengahnya agar biji yang dijadikan sebagai benih telah
matang fisiologis
v Kupas
kulit biji menggunakan abu bakar sekam padi agar pulp biji mudah terlepas
v Benamkan
biji pada media pasir yang telah disiapkan. Posisi biji tersebut dengan posisi
mata radikal terbenam ke media tanam dengan kedalaman 2/3 dari biji tersebut
v Amati
perkecambahan dan pertumbuahan bibit
IV. PEMBAHASAN
4.1. Pembibitan Karet
Pada perbanyakan tanaman dilakukan dengan
menggunakan bahan tanam. Bahan tanam adalah tanaman atau bagian tanaman yang
bisa dipergunakan untuk mengembangbiakkan tanaman. Bahan tanam bisa berupa biji
atau benih tetapi bisa juga berupa bibit. Bibit dapat diperoleh secara
generatif ataupun bisa berasal dari pembiakan secara vegetatif.
Secara garis besar, perkembangbiakan tanaman dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Perkembangbiakan
secara generatif (sexual)
2. Perkembangbiakan
secara vegetatif (a sexual)
Perkembangbiakan secara generatif
(Seksual). Bahan tanaman yang dibuat dalam perkembangbiakan generatif berasal
dari biji (benih). Benih ini bisa ditanam secara langsung di tempat
penanamannya yang tetap, maupun disemaikan dulu di tempat pesemaian. Keuntungan
penanaman secara langsung ditempat penanamannya yang tetap adalah tidak perlu
repot-repot memindahtanamkan lagi dan lebih gampang dilakukan, tanaman baru
memiliki sifat yang sama dengan induknya, perakarannya kuat. Hanya saja sebelum
ditanam perlu diadakan seleksi benih terlebih dahulu (hanya benih yang
berkualitas baik yang ditanam). Kelemahannya apabila tanaman tersebut berupa
pohon, dalam menghasilkan buah diperlukan waktu yang relatif lama dibandingkan
tanaman yang berasal dari bibit vegetatif dan sering didapat sifat yang tidak
sama dengan induknya.
Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya
menghasilkan tanaman atau keturunan yang mempunyai sifat-sifat genetis yang
berbeda dengan pohon induknya dan juga belum tentu mempunyai sifat-sifat baik
seperti yang dimiliki oleh pohon induknya. Tanaman yang terus menerus
diperbanyak dengan bijinya dapat mengalami degenerasi/kemunduran. Selain itu
tanaman asal biji untuk dapat dipungut hasilnya memerlukan waktu yang cukup
lama. Namun demikian perakaran tanaman yang berasal dari biji biasanya lebih
kuat.
Adakalanya sebelum ditanam di tempat yang tetap, benih disemaikan terlebih dahulu. Dengan demikian yang ditanam di kebun berupa bibit yang sudah cukup kuat. Pesemaian sebaiknya dibuat dekat dengan tempat tanamnya agar mudah dalam pengangkutannya ke lapang.
Adakalanya sebelum ditanam di tempat yang tetap, benih disemaikan terlebih dahulu. Dengan demikian yang ditanam di kebun berupa bibit yang sudah cukup kuat. Pesemaian sebaiknya dibuat dekat dengan tempat tanamnya agar mudah dalam pengangkutannya ke lapang.
Biji (benih) yang telah ditanam akan tumbuh melelui
beberapa stadia yaitu stadia bintang, stadia pancing dan stadia jarum.
1. Stadia
bintang akan diperoleh bila plumula sudah mulai mentis. Biasanya pada usia 5-7
hari setelah proses pengecambahan.
2. Stadia
pancing akan diperoleh bila plumula sudah mulai tumbuh memanjang membentuk
pancing. Biasanya tercapai pada usia 7-14 hari setelah proses pengecambahan.
Pada stadia ini, pemindahan kecambah ke lahan pembibitan main nursery sangat
dianjurkan.
3. Stadia
jarum ini akan diperoleh bila plumula sudah mulai tumbuh memanjang membentuk
jarum. Biasanya akan tercapai setelah usianya 14-21 har setelah proses
pengecambahan.
4.2. Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Karet
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak
dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa
kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :
v
Dengan cara diokulasi dapat
diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi.
v
Pertumbuhan tanaman yang
seragam.
v
Penyiapan benih relatif
singkat.
v
Pada musim gugur daun pada
tanaman karet daun yang gugur dari satu klon agar serentak pada waktu tertentu,
dengan demikian akan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila
terjadi.
Kelemahan
dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu :
v
Terkadang suatu tanaman
hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian
antara batang bawah dengan batang atas (entres)
v
Perlu menggunakan tenaga ahli
untuk pengokulasian ini.
v
Bila salah satu syarat dalam
kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak
tumbuh sangat besar.
Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu :
v
Tanaman tidak sedang Flush
(sedang tumbuh daun baru)
v
Antara batang atas dan
batang bawah harus memiliki umur yang sama.
v
Tanaman harus masih dalam
satu family atau satu genus.
v
Umur tanaman antara batang
atas dan batang bawah sama.
v
Pada klon yang dijadikan
batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit
terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai
untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang
biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki
pertumbuhan yang cepat.
v
Pada klon yang akan dijadika
batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan
memiliki pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap penyakit.
4.3. Pembibitan Kakao
Pembibitan merupakan salah satu
kegiatan dalam menghasilkan atau memproduksi bibit. Secara umum kegiatan yang
dilakukan dalam pembibitan terdiri dari perencanaan pada pembibitan, pembangunan persemaian, penyiapan media bibit, perlakuan
pendahuluan terhadap benih sebelum disemaikan, penyemaian benih, penyapihan
bibit, pemeliharaan bibit, pengepakan.
Faktor
yang mempengaruhi pembibitan tanaman kakao sama halnya seperti tanaman
perkebunan yang lain adalah air, cahaya matahari, unsur hara, suhu, dan
kelembaban. Pertumbuhan vegetatif bibit terbagi atas pertumbuhan daun, batang
dan akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan daun dan batang
ialah hormon dan nutrisi (faktor dalam), status air dalam jaringan tanaman,
suhu udara dan cahaya (faktor luar). Pertumbuhan akar dipengaruhi suhu media tumbuh,
ketersediaan oksigen (aerasi), faktor fisik media tumbuh, pH media tumbuh,
selain faktor dalam dan status air dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan daun dan
perluasan batang menentukan luas permukaan daun dan struktur tajuk yang
sangat penting sehubungan dengan proses fotosintesis. Sedangkan perluasan akar
akan menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian akan berfungsi kembali
sebagai organ penyerap unsur hara mineral.
Faktor
dalam yang mempengaruhi diantaranya nutrisi dapat terpenuhi dengan pemberian
bahan organik dalam memenuhi unsur hara media dan perbaikan sifat-sifta tanah,
faktor luar diantaranya cahaya dapat dipenuhi dengan penaungan. Selain
mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk, penaungan berperan dalam pengaturan
suhu dan kelembaban. Naungan untuk pembibitan kakao adalah 50%. Tanaman muda
kakao sangat sensitif terhadap angin yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
daun, sehingga perlu dilindungi.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Tanaman industri adalah tanaman yang
hasil produknya harus melewati pengolahan dan umumnya dalam bentuk pengolahan
pabrik. Tanaman ini sebagian besar tanaman yang membutuhkan waktu yang lama
untuk berproduksi dan membutuhkan skala luas lahan yang sangat besar.
v Tanaman
karet merupakan tanaman yang tergolong tanaman tahunan yang berbentuk pohon
yang cukup besar.
Pembibitan tanaman
karet merupakan bagian dari kegiatan pembiakan tanaman karet, secara umum
penyedian bibit karet untuk keperluan peremajaan maupun penanaman areal baru
terdiri atas bibit asal biji dan bibit okulasi. Pembibitan tanaman karet
dilakukan melalui dua tahap kegiatan diantaranya adalah persemaian
perkecambahan dan persemaian bibit.
v Tanaman
kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup
penting bagi perekonomian nasional Indonesia, khususnya sebagai penyedia
lapangan kerja, dan sumber pendapatan. Selain itu, kakao juga berperan dalam
mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri.
Tanaman karet ataupun kakao dapat
diperbanyak dengan cara generatif ataupun vegetatif. Pada praktikum yang
dilakukan tanaman karet diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Dimana pada
pembibitan generatif menggunakan biji karet secara langsung ditanam pada media,
sedangkan pada perbanyaka secara vegetatif dengan metode okulasi. Sedangkan
tanaman kakao diperbanyak dengan cara generatif yaitu dengan menggunakan biji
kakao yang telah dipilih. Pembibitan kakao yang dilakukan dengan pelepasan pulp.
5.2. Saran
Dengan adanya mata kuliah ini
diharapkan pada seluruh praktikan agar dapat memahami secara maksimal baik
teori maupun praktikum. Sehingga lulusan sarjana yang dilahirkan mampu
memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat dan bangsa Indonesia dan
mempunyai daya saing yang kuat
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil.2001.Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet.Pusat Penelitian
Karet, Medan.
Kuswanhadi.
1990. Pengaruh zat pengatur tumbuh dan periode penyiraman pada pertumbuhan
bibit karet dalam polibeg. BuletinPerkebunan Rakyat, Pusat Penelitian
Perkebunan Sumbawa.
Setyamidjaya,Djohana.1993.Karet Budidaya dan Pengolahannya.Kanisius,
Yogyakarta
Simanjuntak,
Faddalena. 2010. Teknik Okulasi Karet. Medan(ID): Balai Besar Perbenihan
dan Proteksi Tanaman Perkebunan.
Soeratno.
1980. Pembibitan Coklat. Kumpulan
Makalah Konferensi Coklat I.
Medan.
Tim Penulis Penebar
Swadaya. 2004. Panduan Lengkap Karet. Kanisius. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo,G.
1991. Taksonomi tumbuhan. Ghajah mada University Press. Yogyakarta.
Willy, Bryan. 2010. Standar
Pembibitan. http://bryanwilly32.blogspot.com/2010/07/standar-pembibitan.html diakses
tanggal 20 Desember 2011 pukul 19.35 wib
No comments:
Post a Comment