Salam Njuah-njuah...

NJUAH - NJUAH

Sunday, 10 May 2015

Laporan Praktikum Teknologi Budidaya Aneka Tanaman Industri



LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


PERBANYAKAN TANAMAN KARET DAN KAKAO SECARA
GENERATIF DAN VEGETATIF





Oleh:


SEPRIADI BERUTU
NIM. 1206113884




 











JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014




I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Tanaman industri adalah tanaman yang hasil produknya harus melewati pengolahan dan umumnya dalam bentuk pengolahan pabrik. Tanaman ini sebagian besar tanaman yang membutuhkan waktu yang lama untuk berproduksi dan membutuhkan skala luas lahan yang sangat besar. Tanaman yang termasuk kedalam tanaman industri antara lain : tanaman kelapa sawit, karet, tanaman hutan industri, dan sebagainya. Tanaman ini dikelompokkan menjadi bebrapa tanaman perkebunan sesuai dengan hasil yang diperoleh , seperti kelompok penghasil lemak ( tanaman kelapa, kelapa sawit, ), kelompok penghasil bahan penyegar (kopi, teh, cokelat), kelompok penghasil rempah-rampah (lada, pala, kayu manis), dan kelompok penghasil serat (kapas, rami).
Tanaman industri ini merupakan tanaman yang menjadi sumber devisa negara yang sangat besar. Sehingga tanaman ini juga merupakan tanaman yang sangat menjanjikan dalam membangun dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia khususnya provinsi yang didominasi dengan tanaman industri kelapa sawit yang dikerahkan secara besar-besaran.
Secara hasil produktivitas yang diperoleh seiring perjalanan era globalisasi ini, tanaman industri ini dapat menjawab segala tantangan yang ada terkhusunya dalam bidang perekonomian negara. Bahkan dengan adanya sentra tanaman industri negara Indonesia dipandang oleh mata dunia, mengingat prospeknya dalam membudidayakan tanaman industri tersebut.
Berdasarkan peranan daripada tanaman industri ini, maka tanaman ini sangat baik untuk dikembangkan dengan melihat beberapa aspek yang berkaitan. Tanaman ini mampu memberikan dampak yang besar terhadap aspek ekonomi, sosial, teknologi dan sebagainya. Sehingga dengan pengembangan tersebut nantinya membawa negara Indonesia ke jenjang yang lebih baik dan dapat bersaing dengan negara-negara dunia mengingat perkembangan ilmu pengetahua dan teknologi yang sangat pesat.
1.2. Tujuan
            Dengan adanya mata kuliah teknologi budidaya aneka tanaman industri ini dapat melahirkan lulusan sarjana yang dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Berdasarkan hal tersebut mahasiswa dituntut untuk mengambil tindakan yang tepat dalam menanggapi prospek yang baik.



























II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembibitan Tanaman Karet
Tanaman karet (Havea brasiliensis Mull. Arg), merupakan tanaman yang tergolong tanaman tahunan yang berbentuk pohon yang cukup besar. Menurut Tjitrosoephomo (1991) Dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika berikut :
Klasifikasi :
Divisio                    : Spermatophyta
Kelas                      : Dikotiledoneae
Ordo                       : Euphorbiales
Famili                     : Euphorbiaceae
Genus                     : Havea
Spesies        : H. brasiliensis Mull. Arg.
Pembibitan tanaman karet merupakan bagian dari kegiatan pembiakan tanaman karet, secara umum penyedian bibit karet untuk keperluan peremajaan maupun penanaman areal baru terdiri atas bibit asal biji dan bibit okulasi. Pembibitan tanaman karet dilakukan melalui dua tahap kegiatan diantaranya adalah persemaian perkecambahan dan persemaian bibit.
 Menurut Setyamidjaja (1993), benih yang telah diseleksi sebelum disemaikan sebaiknya dicuci dan diremdam terlebih dahulu, tujuannya adalah untuk meningkatkan daya kecambah benih tersebut. Perendaman biji dilakukan setelah 48 jam. Perbanyakan tanaman karet saat ini dapat dilakukan dengan teknik okulasi, untuk mendapatkan bibit okulasi tanaman karet, dikenal 2 macam cara yaitu:
a)      Okulasi hijau (green budding) merupakan okulasi yang menggunakan batang bawah berumur antara 4 sampai 6 bulan dimana batang bawah masih hijau. Pangkal batang telah berwarna hijau kecoklatan, berdiameter 1 sampai 1,5 cm atau sebesar pensil dan tinggi tanaman sekitar 60 cm. batang atas yang digunakan adalah kayu entres yang telah berumur 1 sampai 3 bulan setelah pemangkasan, warna masih hijau atau telah terbentuk 1 sampai 2 payung daun, dan payung teratas sudah berwarna hijau sampai hijau tua.
b)       Okulasi coklat (Brown budding) merupakan okulasi yang menggunakan batang bawah yang telah berumur 7 sampai 12 bulan dipembibitan dan telah berdiameter 1,5 cm. batang atasnya berasal dari tanaman kebun entres yang berwarna hijau kecoklatan sampai coklat dan batang lurus.
Pada pembibitan tanaman karet, terdapat dua macam bibit yaitu bibit dalam polybag dan bibit tanpa polybag.
Menurut Kuswanhadi (1990) bibit dalam polybag lebih sering digunakan karena memiliki keuntungan seperti pertumbuhan tanaman dilapangan dapat lebih awal, relatif lebih mudah penanganannya, resiko kerusakan selama pengangkutan dapat diperkecil dan bibit yang berasl dari polybag pertumbuhannya lebih seragam. Sedangkan bibit yang langsung ditanam ditanah atau tanpa polybag memiliki keuntungan karena biaya yang dikeluarkan sedikit tetapi kerugian dari cara ini adalah bibit yang akan digunakan harus dipindahkan dulu sehingga memakan waktu dan cara pemindahan harus dilakukan dengan hati- hati agar tidak merusak akar dan membutuhkan tenaga kerja yang banyak.

2.2. Perbanyakan Vegetatif Tanaman Karet
Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Klonklon unggul baru generasi4 pada periode periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klonklon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifatsifat sekunder lainnya. Klonklon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hatihati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat (Anwar 2001).
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang bawah adalah klon GT 1, LCB 1320 dan AVROS 2037. Tanaman untuk batang bawah ditanam 1 – 1.5 tahun sebelum okulasi. Untuk okulasi garis tengah tanaman batang bawah sudah mencapai 2.5 cm (Tim Penulis PS 2007).
Menurut Anwar (2001) untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.
Bahan tanam telah siap, kemudian dilakukan okulasi. Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung (kompatibel)  dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi yang baik. Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex yang baik. Bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai (Simanjuntak        2010).
Teknik okulasi yang umum digunakan adalah okulasi hijau (green budding) dan okulasi konvensional atau okulasi cokelat (brown budding), meskipun ada jenis lain yaitu okulasi dini.
Tabel 1. Teknik Okulasi dan Perbedaannya
Teknik Okulasi
Umur batang bawah
Umur, ukuran, dan warna entres
Dini
2-3 bulan
3-4 minggu, garis tengah 0,5 cm, hijau muda
Hijau
4-6 bulan
3-4 bulan, garis tengah 0.5 – 1 cm, hijau
Cokelat
8-18 bulan
1-2 tahun, garis tengah 2.5 – 4 cm, cokelat
Sumber: www.worldagroforestrycentre.org.
Simanjuntak (2010) menjelaskan mengenai kedua teknik okulasi karet yang sering diaplikasikan tersebut, yaitu teknik okulasi konvesional dan teknik okulasi hijau. Teknik okulasi konvensional merupakan teknik yang paling umum digunakan untuk persiapan bentuk bahan tanaman secara komersial. Okulasi konvesional ini disebut juga okulasi cokelat ( brown budding)
2.3. Pembibitan Kakao
Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae yang banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta, dan perkebunan Negara. Sistematik tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1991) adalah :
Divisi               : Spermatophyta
Anak divisi      : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Anak kelas      : Dialypetalae
Bangsa                        : Malvales
Suku                : Sterculiaceae
Jenis                : Theobroma cacao
           
Pembibitan adalah suatu kegiatan untuk menghasilkan atau memproduksi bibit. Kegiatan yang dilakukan dalam pembibitan terdiri dari perencanaan pembibitan, pembangunan persemaian, penyiapan media bibit, perlakuan pendahuluan terhadap benih sebelum disemaikan, penyemaian benih, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit, pengepakan dan pengangkutan bibit serta administrasi pembibitan (Willy, 2010).
Faktor yang mempengaruhi pembibitan tanaman kakao seperti juga tanaman perkebunan yang lain adalah air, cahaya matahari, unsur hara, suhu, dan kelembaban. Pertumbuhan vegetatif bibit terbagi atas pertumbuhan daun, batang dan akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan daun dan batang ialah hormon dan nutrisi (faktor dalam), status air dalam jaringan tanaman, suhu udara dan cahaya (faktor luar). Pertumbuhan akar dipengaruhi suhu media tumbuh, ketersediaan oksigen (aerasi), faktor fisik media tumbuh, pH media tumbuh, selain faktor dalam dan status air dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan daun dan perluasan batang menentukan luas permukaan daun dan struktur tajuk yang sangat penting sehubungan dengan proses fotosintesis. Sedangkan perluasan akar akan menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian akan berfungsi kembali sebagai organ penyerap unsur hara mineral. Faktor dalam diantaranya nutrisi dapat terpenuhi dengan pemberian bahan organik, faktor luar diantaranya cahaya dapat dipenuhi dengan penaungan. Selain mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk, penaungan berperan dalam pengaturan suhu dan kelembaban. Naungan untuk pembibitan kakao adalah 50%. Tanaman muda kakao sangat sensitif terhadap angin yang dapat mengakibatkan kerusakan pada daun, sehingga perlu dilindungi (Soeratno, 1980).










III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
            Pratikum Teknologi Budidaya Aneka Tanaman Industri dilaksanakan pada setiap hari jumat pukul 08.00-09.40 WIB di Rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Riau.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Pembibitan Karet
            Alat yang digunakan adalah ajir dan meteran. Sedangkan bahan yang digunakan adalah biji karet, media tanam pasir.
3.2.2. Perbanyakan Vegetatif Tanaman Karet
            Alat yang digunakan adalah pisau okulasi, plastik okulasi, meteran dan
penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan adalah batang bawah bibit karet.
3.2.3. Pembibitan Kakao
            Alat yang digunakan adalah ajir dan meteran. Sedangkan bahan yang digunakan adalah biji kakao dan abu bakar sekam padi.
3.3. Metode Praktikum
3.3.1. Pembibitan Karet
v  Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
v  Pilihlah biji karet yang memenuhi kriteria benih yang baik
v  Lubangi tempat keluarnya perakarannya nantinya menggunakan pisau atau sejenis pinset.
v  Benamkan biji tersebut dengan posisi perut biji keatas dan kedalamannya 2/3 dari biji ke media tanam pasir yang telah disiapkan
v  Amati perkecambahan dan pertumbuhan bibit
3.3.2. Perbanyakan Vegetatif Tanaman Karet
v  Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
v  Membuat jendela okulasi:
ü  Pilih batang bawah yang memiliki payung dorman dan bersihkan.
ü   Buat jendela okulasi pada ketinggian 5–10 cm dari permukaan tanah dengan cara membuat irisan tegak sepanjang 5–7 cm dan lebar sepertiga lilit batang.
v  Pembuatan perisai mata okulasi:
ü  Buat perisai mata okulasi dari kebun entres (kebun batang atas) yang telah dipanen.
ü  Pilih mata okulasi yang terletak di bekas ketiak daun.
ü  Sayat kayu entres selebar 1 cm sepanjang 5–7 cm dengan menyertakan sedikit kayu batangnya.
ü  Lepas kulit kayu perlahan, usahakan bagian dalam tidak kotor atau terpegang, karena di bagian dalam terdapat titik putih yang merupakan mata entres yang siap ditempelkan.
v  Penempelan perisai mata okulasi:
ü  Tempelkan perisai mata okulasi dengan cepat setelah jendela okulasi dibuka.
ü  Tutup jendela okulasi, tekan dengan tangan, lalu balut dengan plastik yang sudah disiapkan.
ü  Pembalutan dimulai dari bawah bila bukaan jendela okulasi dari bawah, sebaliknya dibalut dari atas bila bukaan jendela okulasi dari atas.

3.3.3. Pembibitan Kakao
v  Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
v  Pilih buah kakao yang telah memenuhi kriteria yang baik untuk dijadikan sebagai benih
v  Ambil biji buah pada bagian tengahnya agar biji yang dijadikan sebagai benih telah matang fisiologis
v  Kupas kulit biji menggunakan abu bakar sekam padi agar pulp biji mudah terlepas
v  Benamkan biji pada media pasir yang telah disiapkan. Posisi biji tersebut dengan posisi mata radikal terbenam ke media tanam dengan kedalaman 2/3 dari biji tersebut
v  Amati perkecambahan dan pertumbuahan bibit
IV. PEMBAHASAN
4.1. Pembibitan Karet
            Pada perbanyakan tanaman dilakukan dengan menggunakan bahan tanam. Bahan tanam adalah tanaman atau bagian tanaman yang bisa dipergunakan untuk mengembangbiakkan tanaman. Bahan tanam bisa berupa biji atau benih tetapi bisa juga berupa bibit. Bibit dapat diperoleh secara generatif ataupun bisa berasal dari pembiakan secara vegetatif.
Secara garis besar, perkembangbiakan tanaman dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.      Perkembangbiakan secara generatif (sexual)
2.      Perkembangbiakan secara vegetatif (a sexual)
            Perkembangbiakan secara generatif (Seksual). Bahan tanaman yang dibuat dalam perkembangbiakan generatif berasal dari biji (benih). Benih ini bisa ditanam secara langsung di tempat penanamannya yang tetap, maupun disemaikan dulu di tempat pesemaian. Keuntungan penanaman secara langsung ditempat penanamannya yang tetap adalah tidak perlu repot-repot memindahtanamkan lagi dan lebih gampang dilakukan, tanaman baru memiliki sifat yang sama dengan induknya, perakarannya kuat. Hanya saja sebelum ditanam perlu diadakan seleksi benih terlebih dahulu (hanya benih yang berkualitas baik yang ditanam). Kelemahannya apabila tanaman tersebut berupa pohon, dalam menghasilkan buah diperlukan waktu yang relatif lama dibandingkan tanaman yang berasal dari bibit vegetatif dan sering didapat sifat yang tidak sama dengan induknya.
Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya menghasilkan tanaman atau keturunan yang mempunyai sifat-sifat genetis yang berbeda dengan pohon induknya dan juga belum tentu mempunyai sifat-sifat baik seperti yang dimiliki oleh pohon induknya. Tanaman yang terus menerus diperbanyak dengan bijinya dapat mengalami degenerasi/kemunduran. Selain itu tanaman asal biji untuk dapat dipungut hasilnya memerlukan waktu yang cukup lama. Namun demikian perakaran tanaman yang berasal dari biji biasanya lebih kuat.
Adakalanya sebelum ditanam di tempat yang tetap, benih disemaikan terlebih dahulu. Dengan demikian yang ditanam di kebun berupa bibit yang sudah cukup kuat. Pesemaian sebaiknya dibuat dekat dengan tempat tanamnya agar mudah dalam pengangkutannya ke lapang.
Biji (benih) yang telah ditanam akan tumbuh melelui beberapa stadia yaitu stadia bintang, stadia pancing dan stadia jarum.
1.      Stadia bintang akan diperoleh bila plumula sudah mulai mentis. Biasanya pada usia 5-7 hari setelah proses pengecambahan.
2.      Stadia pancing akan diperoleh bila plumula sudah mulai tumbuh memanjang membentuk pancing. Biasanya tercapai pada usia 7-14 hari setelah proses pengecambahan. Pada stadia ini, pemindahan kecambah ke lahan pembibitan main nursery sangat dianjurkan.
3.      Stadia jarum ini akan diperoleh bila plumula sudah mulai tumbuh memanjang membentuk jarum. Biasanya akan tercapai setelah usianya 14-21 har setelah proses pengecambahan.
4.2. Perbanyakan Vegetatif Tanaman Karet
            Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :
v  Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi.
v  Pertumbuhan tanaman yang seragam.
v  Penyiapan benih relatif singkat.
v  Pada musim gugur daun pada tanaman karet daun yang gugur dari satu klon agar serentak pada waktu tertentu, dengan demikian akan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila terjadi.
            Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu :
v  Terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres)
v  Perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
v  Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu :
v  Tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru)
v  Antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama.
v  Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.
v  Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.
v  Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat.
v  Pada klon yang akan dijadika batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan memiliki pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap penyakit.
4.3. Pembibitan Kakao
            Pembibitan merupakan salah satu kegiatan dalam menghasilkan atau memproduksi bibit. Secara umum kegiatan yang dilakukan dalam pembibitan terdiri dari perencanaan pada  pembibitan, pembangunan  persemaian, penyiapan media bibit, perlakuan pendahuluan terhadap benih sebelum disemaikan, penyemaian benih, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit, pengepakan.
            Faktor yang mempengaruhi pembibitan tanaman kakao sama halnya seperti tanaman perkebunan yang lain adalah air, cahaya matahari, unsur hara, suhu, dan kelembaban. Pertumbuhan vegetatif bibit terbagi atas pertumbuhan daun, batang dan akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan daun dan batang ialah hormon dan nutrisi (faktor dalam), status air dalam jaringan tanaman, suhu udara dan cahaya (faktor luar). Pertumbuhan akar dipengaruhi suhu media tumbuh, ketersediaan oksigen (aerasi), faktor fisik media tumbuh, pH media tumbuh, selain faktor dalam dan status air dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan daun dan perluasan batang menentukan luas permukaan daun dan struktur tajuk yang sangat penting sehubungan dengan proses fotosintesis. Sedangkan perluasan akar akan menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian akan berfungsi kembali sebagai organ penyerap unsur hara mineral.
            Faktor dalam yang mempengaruhi diantaranya nutrisi dapat terpenuhi dengan pemberian bahan organik dalam memenuhi unsur hara media dan perbaikan sifat-sifta tanah, faktor luar diantaranya cahaya dapat dipenuhi dengan penaungan. Selain mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk, penaungan berperan dalam pengaturan suhu dan kelembaban. Naungan untuk pembibitan kakao adalah 50%. Tanaman muda kakao sangat sensitif terhadap angin yang dapat mengakibatkan kerusakan pada daun, sehingga perlu dilindungi.






















V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
            Tanaman industri adalah tanaman yang hasil produknya harus melewati pengolahan dan umumnya dalam bentuk pengolahan pabrik. Tanaman ini sebagian besar tanaman yang membutuhkan waktu yang lama untuk berproduksi dan membutuhkan skala luas lahan yang sangat besar.
v  Tanaman karet merupakan tanaman yang tergolong tanaman tahunan yang berbentuk pohon yang cukup besar.
Pembibitan tanaman karet merupakan bagian dari kegiatan pembiakan tanaman karet, secara umum penyedian bibit karet untuk keperluan peremajaan maupun penanaman areal baru terdiri atas bibit asal biji dan bibit okulasi. Pembibitan tanaman karet dilakukan melalui dua tahap kegiatan diantaranya adalah persemaian perkecambahan dan persemaian bibit.
v  Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional Indonesia, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, dan sumber pendapatan. Selain itu, kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri.
            Tanaman karet ataupun kakao dapat diperbanyak dengan cara generatif ataupun vegetatif. Pada praktikum yang dilakukan tanaman karet diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Dimana pada pembibitan generatif menggunakan biji karet secara langsung ditanam pada media, sedangkan pada perbanyaka secara vegetatif dengan metode okulasi. Sedangkan tanaman kakao diperbanyak dengan cara generatif yaitu dengan menggunakan biji kakao yang telah dipilih. Pembibitan kakao yang dilakukan dengan pelepasan  pulp.
5.2. Saran
            Dengan adanya mata kuliah ini diharapkan pada seluruh praktikan agar dapat memahami secara maksimal baik teori maupun praktikum. Sehingga lulusan sarjana yang dilahirkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat dan bangsa Indonesia dan mempunyai daya saing yang kuat
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil.2001.Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet.Pusat Penelitian Karet, Medan.
Kuswanhadi. 1990. Pengaruh zat pengatur tumbuh dan periode penyiraman pada pertumbuhan bibit karet dalam polibeg. BuletinPerkebunan Rakyat, Pusat Penelitian Perkebunan Sumbawa.
Setyamidjaya,Djohana.1993.Karet Budidaya dan Pengolahannya.Kanisius, Yogyakarta
Simanjuntak, Faddalena. 2010. Teknik Okulasi Karet. Medan(ID): Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan.
Soeratno. 1980. Pembibitan Coklat. Kumpulan Makalah Konferensi Coklat I.
Medan.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 2004. Panduan Lengkap Karet. Kanisius. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo,G. 1991. Taksonomi tumbuhan. Ghajah mada University Press. Yogyakarta.
Willy, Bryan. 2010. Standar Pembibitan. http://bryanwilly32.blogspot.com/2010/07/standar-pembibitan.html diakses tanggal 20 Desember 2011 pukul 19.35 wib
 



No comments:

Post a Comment